• socmed Facebook icon
  • socmed Instagram icon
  • socmed Twitter icon
  • socmed Youtube icon
Tokopedia
Tokopedia Blog - Home
MORE STORIES

Alergi pada Anak, Ketahui Gejala dan Penanganannya!

Share

Alergi pada Anak, Ketahui Gejala dan Penanganannya!

Simak penjelasan dr. Christian Nasir, Sp.A yang mengungkapkan fakta-fakta seputar alergi pada anak. Baca agar tidak salah kaprah lagi!


Sebagian besar dari Anda mungkin telah sering mendengar kata ‘alergi’ dan berbagai informasi yang berkaitan dengan hal tersebut. Tetapi, tak semuanya benar, dan cukup sering terjadi salah kaprah mengenai gejala alergi serta penanganannya.

“Seringkali diagnosis alergi pada anak jadi overdiagnosed atau bahkan underdiagnosed tutur dr. Christian Nasir, Sp.A, beberapa waktu lalu. 

Christian menjelaskan bahwa, alergi adalah reaksi yang berlebihan dari sistem imunitas tubuh terhadap segala sesuatu yang dalam kondisi normalnya tidak membahayakan. Karena itu, alergi berbeda dengan infeksi. Pasalnya, alergi tidak disebabkan oleh kuman, bakteri, atau virus. Gejala dari alergi bisa ringan hingga mengancam jiwa (anafilaksis).

“Alergi harus memiliki pemicu. Nah, pemicunya sendiri ada berbagai faktor, yaitu genetik, riwayat keluarga, dan lingkungan. Faktor keluarga di sini memegang peranan penting,” jelas Christian.

Baca juga: 9 Tips Anak Tetap Sehat di Musim Hujan

Faktor Keturunan Sangat Berpengaruh

Pada anak dari keluarga yang tak memiliki riwayat alergi, risiko memiliki alergi sekitar 10%. Sementara itu, jika kakak atau adik kandung si kecil memiliki alergi, maka ia memiliki risiko sebesar 20-30%.

Bila salah satu orang tua memiliki riwayat alergi, risiko anak meningkat menjadi 20-40%. Jikalau alergi dimiliki oleh kedua orang tua, resikonya menjadi sebesar 40-60%. Risiko anak memiliki alergi akan semakin besar, yaitu 60-80%, bila kedua orang tua memiliki alergi yang sama.

“Tapi yang harus diingat, anak alergi bisa saja muncul tanpa adanya riwayat alergi. Sebaliknya, orang tua yang alergi bisa saja memiliki anak tanpa riwayat alergi. Jadi pemicunya tidak ada yang tunggal,” tegas Christian. 

Selain faktor keturunan, ada dua faktor lainnya, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Menurut Christian, beberapa individu atau orang memiliki kecenderungan lebih untuk menderita alergi, kondisi ini disebut atopik.

Untuk diketahui, Atopi merupakan kondisi di mana seseorang memiliki kecenderungan lebih untuk memproduksi antibodi (IgE) ketika terpapar dengan antigen tertentu. Contoh faktor genetik lainnya, pada ras tertentu yang memiliki kecenderungan alergi lebih tinggi terhadap alergen dibandingkan ras lainnya.

Semisal, alergi kacang pada ras Kaukasia. Sementara itu, faktor lingkungan terjadi karena adanya paparan dari alergen-alergen, baik dari makanan maupun dari udara dan debu. Misalnya, lingkungan di sekitar tempat tinggal, cuaca, suhu, kelembaban udara, polusi udara, dan paparan terhadap rokok.

Mengapa Alergi Bisa Muncul?

Secara sederhana, di dalam tubuh manusia, ada dua sistem kekebalan tubuh. Yang pertama, dikenal dengan nama T Helper 1, yang kedua adalah T Helper 2. T Helper 1 berguna untuk melawan infeksi dari kuman dan virus. Sedangkan, T Helper 2 biasanya berperan dalam pembentukan antibodi yang bernama IgE dan Eosinofil.

T Helper 1 dan 2 ada bersamaan dalam tubuh manusia. Tetapi pada bayi, ketika awal-awal kehidupannya, yang paling banyak muncul adalah T Helper 2. Proses pematangan TH1 umumnya terjadi antara usia 12-18 bulan. “Jadi dari lahir, T Helper 2 lebih dominan di tubuh bayi. Namun, seiring dengan pertambahan usia, sistem kekebalan tubuh itu akan mengalami pematangan. Nah, kalau misalnya terjadi masalah pada pematangan T Helper 1 ini akan terjadi ketidakseimbangan.

Bukannya T Helper 2 yang menurun, tapi dia malah dominan dan akibatnya bisa muncul reaksi alergi. Alergi disebabkan oleh respon imunitas yang belum matang,” tutur Christian. Yang harus diingat adalah, alergi tidak bisa muncul secara tiba-tiba, pasti ada faktor pemicunya.

Untuk itu, orang tua perlu mencari pemicunya. Kemudian, pengobatannya hanya untuk mengendalikan gejala yang muncul.

Jenis-Jenis Alergi pada Anak

1. Dermatitis Atopik

Alergi ini adalah peradangan pada kulit yang dimulai sejak masa bayi baru lahir.Ciri khasnya pruritus (gatal kronis) yang hilang timbul dan berulang di lokasi tertentu, yaitu wajah, siku tangan, lutut. Sebesar 85 % kasus muncul pada anak kurang dari 5 tahun dan 60% kasus pada anak kurang dari 1 tahun.

2. Alergi Makanan

Terjadi akibat reaksi hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang melibatkan proses imunologis. Biasanya alergi makanan dialami oleh bayi. Perlu diketahui bahwa alergi makanan tidak sama dengan intoleransi makanan.

Intoleransi makanan adalah respon yang tidak diharapkan terhadap makanan, yang disebabkan oleh komponen dari makanan itu sendiri. Ciri khas dari alergi makanan yaitu tidak berulang (non reproducible) dan tergantung jumlah (dose dependent).

Gejala alergi makanan berupa rasa gatal, kulit kemerahan, hingga sesak napas. Beberapa makanan yang dapat memicu alergi, seperti telur, susu sapi, kerang, udang, kacang-kacangan, gandum, dan ikan.

Pada jurnal kesehatan yang dibuat oleh Zakiudin Munasir dan Dina Muktiarti pada Januari 2013 di apallergy.org, anak Indonesia alergi terhadap beberapa makanan berikut ini:

  • Putih telur (31%)
  • Susu sapi (23.8%)
  • Ayam (23.8%)
  • Kuning telur (21.4%)
  • Kacang-kacangan (21%)
  • Produk gandum (21.4%)

Yang dapat dilakukan orang tua untuk mengatasi alergi makanan pada anak yaitu. diet eliminasi (menghilangkan makanan yang dianggap sebagai penyebab alergi) dan oral food challenge (memperkenalkan kembali makanan yang dianggap penyebab alergi secara bertahap).

Bila Anda ingin mendeteksi alergi makanan pada anak secara lebih tepat, Anda dapat memilih uji antibodi yang terdiri dari dua macam, yaitu Skin Prick Test dan Specific IgE serum.

3. Rhinitis Alergi 

Rhinitis alergi adalah peradangan pada selaput mukosa hidung akibat reaksi hipersensitivitas. Gejalanya berupa keluar ingus dari hidung, bersin-bersin, rasa gatal di hidung, hidung tersumbat, batuk, dan halitosis (aroma napas yang tidak sedap). Rhinitis alergi kerap dianggap sama dengan flu, padahal keduanya berbeda.

Rhinitis alergi disebabkan oleh paparan terhadap alergen, sementara flu atau influenza disebabkan oleh infeksi virus.

Rhinitis alergi tidak perlu dicemaskan, namun dapat mengganggu kualitas tidur anak, aktivitas sehari-hari, dan meningkatkan risiko Obstructive Sleep Apnea.

4. Asma 

Asma merupakan penyakit peradangan kronis pada saluran napas, sehingga timbul sumbatan atau produksi sekret yang berlebihan. Gejalanya berupa (mengi: bernapas dengan suara siulan atau berderak di dada), batuk, sesak napas, dan dada seperti tertekan.

Serangan asma dapat mengganggu kualitas hidup anak, membatasi aktivitas sehari-hari, mengganggu tidur, meningkatnya angka absensi sekolah, dan turunnya prestasi akademik anak. Asma umumnya bertahan seumur hidup, namun di usia remaja, sebagian penderita asma mengalami perbaikan gejala dan sebagian lain menunjukkan perburukan.

Pemberian ASI eksklusif sekurang-kurangnya 3 bulan dapat mencegah kejadian asma dalam 2 tahun pertama kehidupan anak. Beberapa data menunjukkan pemberian ASI lebih lama mampu mencegah asma hingga anak berusia lebih dari 5 tahun.

Baca juga: Cara Mengenali dan Mengatasi Alergi pada Bayi

Itu dia, Toppers beberapa alergi pada anak, selalu waspada terhadap gejala dari alergi, selalu siap sedia dan pahami penangan yang paling tepat. Jangan lupa untuk langsung berkonsultasi pada dokter jika gejala memberat.

banner tokopedia parents
Cek Tokopedia Parents dan dapatkan semua solusi untuk kebutuhan keluarga-mu

Share

TokopediaTokopedia

Related Articles

10 Rekomendasi Merk Pensil Warna Terbaik, Kreatifitas Semakin Bertambah!
Kids and Parenting
10 Rekomendasi Merk Pensil Warna Terbaik, Kreatifitas Semakin Bertambah!
© 2009-2024, PT Tokopedia